Bertemu

Michuseyo
2 min readDec 15, 2022

from Untold Story AU by michuseyo

— Point of view Bellova Clyde Daisha

Pintu kamar saya diketuk oleh bibi “Neng, ada temennya di bawah. Katanya mau ngajakin main.” Siapa? Apa mungkin Rachel dan Nana ke rumahnya? Dari pada tidak jadi pergi, nongkrong di rumah juga bukan masalah bagi mereka. Tapi rasanya mereka tidak ada obrolan apa-apa setelah memutuskan untuk tidak jadi pergi. Mungkin lupa, entahlah karena sejak membuka laptop, dunia saya berasa di tarik oleh Oppa Korea. “Suruh masuk dulu aja bi. Nanti Bella ke bawah.”

“Temennya udah nunggu di luar neng, lagi duduk.”

“Oke bi, makasih yaa.”

Saat saya melangkahkan kaki menuju teras pintu utama, terlihat sesosok pemuda dengan senyum kotaknya yang saya rindukan. Haha aneh ya saya? Bisa-bisanya merindukan seseorang dengan alasan tidak jelas. Setidaknya untuk saat ini.

“Hai..” ucap si pemuda

“H-hei..” saya berucap sedikit kaku karena terkejut. “Kamu ko udah sampe lagi? Bukannya 3jam ya dari pantai ke Bandung?” Tambah saya.

“Emang 3 jam bel, kamu ga kerasa mungkin.. kan sambil drakoran.” Saya kemudian hanya mengangguk dan terkekeh.

“Kamu mau ngapain kesini? Ga cape emang?” Tanya saya karena kedatangan Kavian yang tiba-tiba ke rumah membuat saya sedikit terkejut dan bingung.

“Mau liat yang kemarin katanya kangen aku.” Kavian menjawab dengan tegas dan santai sambil melukiskan senyum smirk, menggoda saya.

“Ih nyebelin!” Pekik saya sambil memukul bahunya. Kavian hanya terkekeh geli melihat sikap saya dengan wajah yang mirip kepiting rebus.

“Yuk jalan-jalan, masih cukup ko waktunya.” Ajak Kavian sambil melihat arloji ditangannya. Saya mengangguk mantap dan kini kami sudah berada di atas Si Jagoan. Entah saya akan diajak kemana malam ini oleh Kavian.

“Bel..dingin, pengen peluk.” Ucap Kavian tiba-tiba saat kami memasuki Jembatan Layang Pasopati. Jantung saya hampir berhenti. Bocah gila ini selalu sukses membuat saya membatu. Perlahan saya keluarkan kedua tangan dari saku hoodie. Ragu. Apakah saya harus memeluk Kavian dari belakang atau tidak perlu? Pura-pura tidak mendengar sepertinya ide yang bagus.

Namun otak dan hati saya memang tak pernah sinkron jika dihadapkan dengan Kavian Cakrawala. Disinilah kedua tangan saya akhirnya memilih untuk melingkari badan Kavian dari belakang. Senyum terlukis dari wajah saya. Saya yakin, Kavian juga sedang tersenyum.

--

--